Rabu, 03 Juli 2013

Doktrin Humanisme IV

Singkatnya, apa yang dianggap sebagai pembenaran ilmiah di balik humanisme telah terbukti tidak sahih dan janji-janjinya gagal. Namun demikian, kaum humanis tidak meninggalkan filsafat mereka, tetapi malahan mencoba untuk menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia melalui metode propaganda massa. Khususnya pada periode pascaperang terjadilah propaganda humanis yang intens di lapangan sains, filsafat, musik, kesusasteraan, seni, dan film. Pesan menarik namun kosong yang diciptakan oleh para ideolog humanis telah disampaikan kepada massa secara bertubi-tubi. Lagu "Imagine" karya John Lennon, penyanyi solo dari grup musik paling terkenal sepanjang masa, the Beatles, adalah contohnya. Dengan lirik "Bayangkan tiada agama," merupakan salah satu propagandis terdepan dari filsafat humanis di abad ke dua puluh. Berikut terjemahan lirik lagu "Imagine";

Bayangkan tiada surga..
Mudah jika kau coba..
Tiada neraka di bawah kita..
Di atas kita hanya angkasa..
Bayangkan semua manusia..
Hidup untuk hari ini saja..
Bayangkan tiada negara..
Tak sukar untuk dilakukan..
Tak perlu membunuh atau terbunuh..
Dan juga tiada agama..
Mungkin kau sebut aku pemimpi..
Tetapi aku bukan satu-satunya..
Kuharap suatu hari kau bergabung dengan kami..
Dan dunia akan menjadi satu..

Lagu ini terpilih sebagai "lagu abad ini" dalam beberapa jajak pendapat yang diselenggarakan di tahun 1999. Ini merupakan indikasi paling tepat tentang perasaan sentimental yang digunakan untuk menyampaikan humanisme kepada massa, karena kurangnya landasan ilmiah atau rasional humanisme. Humanisme tidak dapat menghasilkan keberatan rasional terhadap agama ataupun kebenaran yang diajarkannya, tetapi berusaha menggunakan metode sugestif semacam ini.
Demi satu tujuan, jika plan A gagal, maka plan B harus dilaksanakan. Maka begitu lah; ketika janji-janji yang diumbar Manifesto Humanis I pada 1933 terbukti gagal, empat puluh tahun kemudian (1973) para humanis mengajukan konsep kedua (Manifesto Humanis II).
Pada awal teks ini ada upaya untuk menjelaskan mengapa janji-janji pertama tidak membuahkan hasil. Walaupun ada fakta bahwa penjelasan ini sangat lemah, ini menunjukkan keterikatan abadi humanisme terhadap filsafat ateis mereka