Kamis, 11 Juli 2013

Doktrin Humanisme IX

International Association Rotary Club atau yang biasa disebut hanya Rotary Club saja, memiliki cabang di lebih dari 170 negara, termasuk Indonesia. Anggotanya disebut Rotarian. Salah satu sayap gerakan zionis (Freemason) ini merupakan organisasi yang dikelola oleh para pemimpin bisnis dan profesional yang mewakili semua profesi, baik dokter, notaris, guru, politikus, dan lain sebagainya. Di Indonesia, sebagian besar anggota perkumpulan ini merupakan orang-orang keturunan Tionghoa, namun ada juga yang beragama Islam. Rotary Club begerak di bidang kemanusiaan. Hingga 2005, cabang-cabangnya yang berada di 170 negara telah berjumlah 32.000 dengan anggota sebanyak 1,2 juta orang. Rotary Club pertama kali hadir di Indonesia pada 1927 di Yogjakarta. Karena merupakan cabang, semua kegiatan dan peraturan yang berlaku pada Rotary Club Indonesia mengacu sepenuhnya pada ketentuan yang berlaku di Rotary International yang berkantor pusat di Amerika.

Aktifitas organisasi berlambang roda bergerigi ini sepenuhnya untuk kepentingan Freemason. Untuk mempermudah hubungan dengan berbagai sekte, agama, dan golongan, Rotary berpura-pura membatasi aktivitasnya hanya untuk masalah-masalah sosial dan kultural, dengan dalih demi kemanusiaan. Cara pencapaian sasarannya melalui pertemuan-pertemuan berkala, seminar, ceramah yang mengarah pada upaya mendekatkan antaragama dan menghapus segala perbedaan keagamaan. Ini mirip dengan ceramahnya para pendudung teologi inklusive, seperti yang digemar-gemborkan kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL). Tujuan utamanya adalah untuk membaurkan orang-orang Yahudi dengan bangsa lain dengan mengatasnamakan kasih dan persaudaraan. Melalui jalan ini mereka mampu mengumpulkan berbagai maklumat yang dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan yang bersifat ekonomis dan politis, juga membantu mereka dalam menyebarkan tradisi tertentu (Kaballah, humanisme, dan lain-lain) yang akan memastikan timbulnya kemerosotan (degenerate) sosial. Ini dapat kita lihat melalui persyaratan keanggotaan yang hanya diberikan kepada orang-orang penting dan menonjol di masyarakat.

Seperti halnya Rotary Club, organisasi ini pun bergerak di bidang kemanusiaan, dan semua sepak terjang serta kebijakannya mengacu kepada Lions Club pusat. Yang berbahaya, di balik aktifitasnya di bidang kemanusiaan, organisasi ini juga secara diam-diam mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah politik dan keagamaan di negara dimana klub ini berada. Data-data kemudian dikirim ke kantor pusat dan diolah di sana. Selanjutnya, kantor pusat merancang kegiatan yang harus dilakukan organisasi selanjutnya, sesuai tujuan yang hendak dicapai. Dalam aktifitasnya, Lions Club mengumandangkan jargon “Agama untuk Tuhan, Tanah air untuk semua”, yang mendorong orang berpaling dari Sang Pencipta, dan fokus kepada diri mereka sendiri (ajaran humanisme). Mereka juga menyerukan ide “ikatan kemanusiaan” dan menghilangkan diskriminasi antarumat manusia.

Ini lah garis besar aktivitas Lions Club.
1. Menyerukan slogan “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan” (liberte, egalite, & fraternite);
2. Menyebarkan arti kebaikan dan kerjasama antarbangsa;
3. Membangun semangat kerukunan di antara pribadi-pribadi dengan cara melonggarakan dan menjauhkan ikatan-ikatan akidah (keyakinan).
4. Memperhatikan aspek keadilan sosial;
5. Aktif menyebarkan ilmu pengetahuan dengan berbagai sarana yang memungkinkan;
6. Menolong orang-orang cacat;
7. Meringankan beban kejenuhan hidup sehari-hari;
8. Memberikan pelayanan kepada lingkungan sekitar;
9. Menyelenggarakan perlombaan-perlombaan yang bersifat hiburan;
10. Mendukung proyek-proyek rehabilitasi sosial;
11. Mendukung proyek-proyek Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB); dan sebagainya.

Untuk mencapai sebuah tujuan, orang, lembaga atau organisasi memang harus melakukan berbagai cara. Maka, seperti juga cara pengusaha beriklan, siapapun yang menyaksikan tayangan atau membaca iklan itu jangan lah terlalu mudah termakan oleh apa yang digembar-gemborkan, karena dapat merugikan, bahkan menyesatkan.
Dalam hal penyebaran ‘pencekokan’ doktrin humanisme yang dikemas dengan misi-misi kemanusiaan, bila dilihat dari satu sisi tentu saja ada baiknya karena setidaknya orang yang sedang menderita suatu penyakit atau tertimpa suatu musibah, akan tertolong. Namun dari sisi lain, tentu saja membahayakan akidah dan keimanan seseorang. Apalagi karena humanisme mengarahkan orang untuk melupakan Tuhan, menuhankan manusia, sehingga para Mason percaya bahwa moralitas dapat terwujud tanpa agama.