Kamis, 11 Juli 2013

Doktrin Humanisme X

Pada situs internet milik Mason, kemungkinan “moralitas tanpa agama” dijelaskan sebagai berikut:
“Apakah manusia itu? Dari mana ia datang dan ke mana ia menuju?... Bagaimana seseorang hidup? Bagaimana ia seharusnya hidup? Agama-agama mencoba menjawab aneka pertanyaan ini dengan bantuan prinsip-prinsip moral yang mereka pegang. Namun mereka menghubungkan prinsip-prinsipnya dengan konsep metafisis seperti Tuhan, surga, neraka, ibadah. Dan manusia harus menemukan prinsip-prinsip hidupnya tanpa melibatkan masalah-masalah metafisis, yang harus mereka percayai tanpa pemahaman. Freemasonry telah menyatakan prinsip-prinsip ini selama berabad-abad sebagai kemerdekaan, kesetaraan, persaudaraan, kecintaan terhadap kerja dan perdamaian, demokrasi, dan seterusnya.
Semua ini membebaskan manusia sepenuhnya dari berbagai kredo agama namun tetap memberikan sebuah prinsip hidup. Mereka mencari landasan-landasan mereka tidak pada konsep-konsep metafisis tetapi di dalam diri seorang manusia dewasa yang hidup di bumi ini.”
Teori ini jelas menyesatkan. Apalagi karena perjalanan sejarah umat manusia membuktikan bahwa di dalam masyarakat di mana agama telah dihancurkan, tidak ada moralitas dan hanya ada perselisihan dan kekacauan.
Pada 1789, para Mason menggerakkan Revolusi Perancis dengan cara menggaungkan slogan-slogan berbau cita-cita yang amat mulia, yakni “kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan”. Namun sejarah membuktikan, revolusi ini membuat ratusan ribu orang yang tak bersalah dipancung dengan pisau guillotine, sehingga negera itu berkubang darah. Bahkan orang-orang yang didorong untuk menjadi para pemimpin revolusi itu, ikut dipancung satu per satu.
Pada abad XIX, para Mason mendorong lahirnya sosialisme yang bersumber dari gagasan tentang kemungkinan moralitas tanpa agama. Akibatnya amat dahsyat karena sosialisme menuntut sebuah masyarakat yang sama rata, adil, tanpa eksploitasi dan pada akhirnya mengajukan penghapusan agama. Pada abad XX, doktrin ini menyeret manusia pada jurang kesengsaraan yang mengerikan karena doktrin ini memunculkan rezim komunis yang menguasai Uni Soviet, China, dan beberapa negara di Afrika dan Amerika Tengah. Rezim-rezim ini membunuh sedikitnya 120 juta jiwa manusia tak berdosa, dan tak pernah ada keadilan dan kesetaraan di negara-negara itu karena kekayaan dan aset negara yang melimpah hanya dikuasai dan dnikmati oleh para penguasanya. Dalam bukunyaberjudul “The New Class”, pemikir Yugoslavia Milovan Djilas menjelaskan bahwa para pemimpin komunis, yang dikenal sebagai “nomenklatur” membentuk sebuah “golongan dengan hak-hak istimewa” yang bertentangan dengan klaim-klaim sosialisme.
meski Masonry selalu mendengung-dengungkan tentang kemanusiaan, kita tidak menemukan catatan yang terlalu bersih. Di banyak negara, Masonry telah menjadi fokus bagi hubungan demi perolehan kebendaan secara buruk. Dalam skandal Loge Masonik P2 di Italia pada 1980, terungkap bahwa para Mason menjalin hubungan erat dengan mafia, dan para direktur loge (markas para Mason) terlibat dalam aktivitas seperti penyelundupan senjata, perdagangan obat terlarang, atau pencucian uang. Juga terungkap bahwa mereka merancang penyerangan terhadap saingan-saingan mereka dan orang-orang yang mengkhianati mereka.