Kamis, 04 Juli 2013

Doktrin Humanisme VI

Doktrin humanisme ditengarai mulai merambah Eropa sekitar abad 15 - 16 melalui para Ksatria Templar yang menjadi cikal bakal berdirinya Freemasonry.Adanya hubungan antara humanisme dengan Kabbalah ditegaskan berbagai sumber. Salah satunya adalah buku berjudul The Keys of This Blood karangan Malachi Martin, seorang profesor sejarah pada Lembaga Injil Kepausan Vatikan. Ia mengungkapkan bahwa pengaruh Kabbalah dapat dengan jelas teramati di antara para kaum humanis.

Pada abad 15, saat Italia sedang dalam pengaruh kuat ajaran Kristen Katolik, muncul sebuah jaringan persekutuan yang bercita-cita melepaskan diri dari kondisi yang dianggap mapan tersebut. Kemunculan jaringan ini beserta aksi-aksinya kita kenal dengan zaman Renaisans (Renaissance), sebuah era dimana kebudayaan Romawi-Yunani yang menempatkan manusia sebagai subjek utama, dibangkitkan kembali. Kelompok ini memberontak terhadap penafsiran tradisional tentang Injil sebagaimana dipertahankan oleh otoritas gerejawi dan sipil, serta menentang pilar-pilar filosofis dan teologis yang dikeluarkan oleh gereja bagi kehidupan sipil dan politis. Dengan sikap yang bertentangan, bahkan cenderung memusuhi gereja, kelompok ini memunyai konsepsi sendiri tentang pesan orisinil dari Injil dan wahyu Tuhan, yang disandarkan pada ajaran Kabbalah yang jelas bertentangan dengan Injil.

 Namun, kaum humanis Italia ini cukup cerdik untuk menyembunyikan dasar pemikiran dan filosofi mereka dengan menyingkirkan beberapa bagian dari gagasan Kabbalah, dan merekonstruksi konsep gnosis dengan kondisi terkini pada saat itu. Namun demikian, tetap saja gnosis yang mereka cari adalah suatu pengetahuan rahasia tentang bagaimana menguasai kekuatan alam yang buta untuk tujuan sosiopolitis.

Pendeknya, masyarakat humanis yang terbentuk pada masa itu ingin menggantikan budaya Katolik Eropa dengan sebuah budaya baru yang berakar pada Kabbalah. Mereka bermaksud menciptakan perubahan sosiopolitis untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan, yakni menciptakan tatanan dunia baru dimana mereka lah penguasanya.

Dalam bukunya, Martin menulis begini sebagai bukti bahwa doktrin humanis bersumber dari Kaballah: “Para calon anggota persekutuan humanis awal ini adalah pengikut Kuasa Agung Arsitek Kosmos yang Agung yang mereka representasikan dalam bentuk Tetragrammaton Sakral, YHWH…. (kaum humanis) meminjam lambang-lambang lain Piramid dan Mata Yang Melihat Segalanya terutama dari sumber-sumber Mesir”. Indikasi bahwa Mason berada di balik doktrin humanis adalah, kaum humanis menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta” , dan konsep ini juga digunakan oleh kaum Mason hingga saat ini.
Soal adanya hubungan antara para Mason dengan kaum Humanis, dalam bukunya Martin menulis begini:

“Sementara itu, di daerah utara lainnya, berlangsung sebuah persatuan yang jauh lebih penting dengan para humanis. Sebuah persatuan yang tak diduga siapa pun ….”

Yang dimaksud Martin sebuah persatuan yang tak diduga tersebut adalah Freemasonry yang hingga kini pun masih dianggap sebagai sebuah persekutuan atau organisasi persaudaraan kaum Yahudi yang sangat rahasia. Kaum Humanis Italia yang nota bene Yahudi dan anggota Freemasonry yang juga Yahudi, kemudian menyatu untuk mencapai tujuan yang sama; mendirikan negara sendiri yang kini dikenal dengan nama Israel, dan menguasai dunia dengan membentuk tatanan dunia baru