Senin, 17 Juni 2013

Simbologi,Jaringan,dan Ideologi Kekerasan Dalam Dunia Sepakbola III

Ideologi kekerasan dalam dunia sepakbola:

Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil “melestarikan” paham-paham Yahudi seperti facism, dan komunism socialism.

Benito Mussolini, seorang fasis yang banyak dijadikan inspirasi pada kelompok Suporter. Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah.

Contoh Ultras di beberapa Negara:

Italia
Indonesia

Mesir

Atalanta

 
 Tragedi akibat Ultras di dunia:


Tragedi Heysel


Tragedi Heysel,Belgia. Tragedi dengan memakan korban jiwa terbanyak pertama di dunia.
 
Pertandingan itu sendiri dimenangi Juventus dengan hasil akhir 1 - 0. Michel Platini yang kini jadi nahkoda UEFA, mencetak gol semata wayang Juventus dari titik penalti setelah Zbigniew Boniek dilanggar oleh pemain Liverpool. Berartikah arti kemenangan itu bagi pendukung Juventus? Tidak berarti apa-apa. Tiga puluh dua nyawa rekan mereka lebih berarti tinimbang sebuah piala berwarna perak yang membisu. Jika sekarang anda berada di Turin, Italia, dan bertanya kepada seorang saksi mata tentang tragedi tersebut, mata mereka berubah memerah adalah tanda memori itu belum lekang dimakan waktu. Untuk mengakhiri kata, sesekali mungkin mereka akan berkata, “Listen to me, Football is not only as a Sport” dan setetes air mata jatuh dari dua buah pipinya.

Tragedi Hillsborough





Ada kegiatan yang tidak biasanya terjadi di Inggris, pada hari Rabu 15/4/2009, para Liverpudlian (sebutan pendukung Liverpool FC) di seluruh dunia mengenang hari terkelam dalam sejarah perjalanan Liverpool. Di Anfield, air mata kembali menetes mengenang 20 tahun tragedi Hillsborough. Sebanyak 96 orang fans Liverpool tewas dalam insiden di dalam Stadion sederhana di Kota Sheffield itu. Mereka terhimpit dalam kekacauan jelang laga semifinal Piala FA antara Liverpool kontra Nothingham Forest medium 1989. Tragedi Hillsborough adalah tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton yang begitu menyayat. Saling berjejalan antara penonton pada tanggal 15 April 1989 di Hillsborough menjadi pemicu 96 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool.

Sebagai bentuk peringatan tragedi tersebut, di Liverpool, Sheffield dan Nottingham diadakan mengheningkan cipta selama dua menit tepat pada pukul 3:06 sore. Itu merupakan waktu di mana pertandingan dinyatakan dibatalkan pada 15 April 1989. Semua menangis, mengingat sejarah kelam sepakbola Britania Raya. Ironisnya lima anak remaja yang baru berumur empat belas tahun kala itu, yakni Lee Nicol, Paul Brian Murray, Philip Hammond, Thomas Anthony Howard, Adam Edward Spearritt menjadi saksi mati dalam gurita kalut tersebut. Hilanglah lima generasi penerus rakyat Britania. Ya, lagi-lagi Sepakbola.

Tragedi Hillsborough kemudian mengubah wajah sepakbola Inggris secara menyeluruh. Pagar pembatas antara penonton dan lapangan dihilangkan dari seluruh stadion di Inggris, selain itu tribun berdiri juga ditiadakan lagai. Budaya menonton fans Inggris juga ikut mengalami perubahan menyusul kejadian tersebut